Optimasi Hutan sebagai Penghasil Oksigen Kota Malang

Authors

  • Niti Sesanti Jurusan Perencanaan Wilayah & Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
  • Eddi Basuki Kurniawan Jurusan Perencanaan Wilayah & Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
  • Mustika Anggraeni Jurusan Perencanaan Wilayah & Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Abstract

Perkembangan Kota Malang yang cenderung mengalihfungsikan RTH (ruang terbuka hijau) menjadi kawasan terbangun menyebabkan menurunnya produksi oksigen kota Malang. Alih fungsi RTH menyebabkan peningkatan area-area yang diperkeras dengan material yang tidak memungkinkan bagi tanaman untuk tumbuh. Hutan kota sebagai unsur RTH merupakan sub sistem kota, sebuah ekosistem dengan sistem terbuka. Apabila peningkatan produksi oksigen melalui penambahan dan perluasan hutan kota sulit dilakukan, perlu adanya upaya optimasi yaitu dengan mengoptimalkan produksivitas oksigen pada lahan-lahan yang dialokasikan sebagai hutan kota. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik hutan Kota Malang, produksi oksigen vegetasi dari masing-masing hutan kota, dan menentukan model pengembangannya dalam mengoptimasi produksi oksigen yang seharusnya dapat dihasilkan oleh vegetasi pada masing-masing hutan Kota Malang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif (identifikasi karakteristik lansekap hutan kota), metode analisis evaluatif (menghitung produksi oksigen dari vegetasivegetasipenyusun hutan Kota Malang), dan analisis development (membuat model pengembangan vegetasi hutan kota, dan menentukan arah pengembangan hutan kota). Berdasarkan hasil analisis karakteristik terhadap hutan kota Malang diketahui bahwa hutan kota Malang berbentuk bergerombol dan menumpuk dengan produksi oksigen tertinggi sebesar 7,8 ton berada pada hutan kota Malabar. Arahan pengembangan vegetasi hutan Kota Malang lebih menitikberatkan pada kecermatan pembuatan model pengembangan vegetasi hutan kota. Vegetasi berupa tegakan (stratum B, C dan D) akan dikembangkan melalui tata cara penanaman vegetasi (Tata caraperencanaan teknik lansekap jalan, 1996) sedangkan vegetasi pelantai (stratum E) akan dikembangkan dengan asumsi bahwa pada setiap bagian hutan kota memiliki luas penutupan = 100%. Pengembangan hutan Kota Malang melalui penerapan model pengembangan vegetasi hutan kota terbukti mampu meningkatkan produksi oksigen Kota Malang. Produksi oksigen Kota Malang meningkat sebesar 40.039.978,01 gram atau lebih tinggi149,12% lebih tinggi dari pada kondisi eksisting.

Kata kunci: Produksi oksigen, Model pengembangan vegetasi hutan kota

Downloads

Published

2012-06-08

How to Cite

Sesanti, N., Kurniawan, E. B., & Anggraeni, M. (2012). Optimasi Hutan sebagai Penghasil Oksigen Kota Malang. Jurnal Tata Kota Dan Daerah, 3(1), pp. 65–73. Retrieved from https://tatakota.ub.ac.id/index.php/tatakota/article/view/131

Issue

Section

Articles

Most read articles by the same author(s)

1 2 3 > >>